Tanpa judul

 GKJW Tahbiskan 13 Pendeta Baru

Salah satu momen istimewa yang selalu dinanti di tengah-tengah jalannya Sidang Majelis Agung setiap tahunnya adalah dilaksanakannya prosesi penahbisan para pendeta baru GKJW.

Prosesi penahbisan pendeta baru tersebut dilakukan dalam Ibadah Minggu, 30 Juni 2024, pukul 08.00 WIB di Jemaat Wonorejo, Jemaat yang ditunjuk sebagai pusat kegiatan persidangan oleh MD Malang I selaku tuan rumah.

Ibadah ini dilayani oleh Pdt. Ardi Rahardianto bersama dengan Pdt. Rena Sesaria Yudhita serta diiringi oleh grup musik orkestra yang personilnya merupakan gabungan dari beberapa pemuda pemudi se-GKJW yang dikoordinatori Pdt. Dikky Agung Triadmojo.

Pdt. Rena Sesaria Yudhita yang mendapat bagian pelayanan homili, berdasar pada tiga bacaan (Rat 3: 22-33, 2: Kor 8: 7-15, dan Mar 5: 21-43) mengawali kotbahnya dengan menyinggung istilah dalam kosakata China/Mandarin “Wei Ji” yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai “krisis”. Rupanya istilah Wei Ji tersebut merupakan gabungan dari ‘Wei’ (bahaya) dan ‘Ji’ (peluang). Itu artinya, bagi para penutur bahasa Mandarin atau mereka yang mengihidupi nilai-nilai di dalamnya, meyakini bahwa dalam setiap krisis selalu tersimpan peluang.

Sama seperti bacaan Injil kali ini, mengisahkan tentang seorang perempuan yang sekian lama menderita sakit pendarahan dan diasingkan oleh orang-orang di sekitarnya karena dianggap membawa unsur kenajisan dalam dirinya. Memang dalam tradisi atau agama Yahudi, pendarahan atau mengalami masa menstruasi yang dialami oleh seorang wanita dianggap sebagai salah satu sumber kenajisan. Siapapun yang bersentuhan dengannya, apapun yang disentuhnya akan dianggap turut menjadi najis.

Kita bisa membayangkan seberapa dalam situasi krisis yang dialami oleh seorang wanita yang sakit pendarahan tersebut dan seberapa dalam penderitaan yang dialaminya. Dia tidak hanya berada dalam kondisi krisis karena sakit fisik yang dideritanya, melainkan yang jauh lebih berat daripada itu adalah pengucilan secara sosial dan spiritual. Namun iman kepada Kristus yang dimilikinya, menjadi sumber kesembuhan baginya.

Hal itu menjadi pengingat kepada setiap orang, bahwa dalam situasi krisis seberat apapun, kita diajak untuk berfokus pada Tuhan, bukan pada situasi krisis yang sedang dihadapi. Kalaupun setiap orang melihat situasi krisis itu, hendaknya kita juga meyakini bahwa dalam situasi yang berbahaya di dalamnya juga terdapat kesempatan.

Dalam hidup berkeluarga maupun secara pribadi, siapapun kita dan apapun yang menjadi profesi dan pekerjaan kita, khususnya sebagai seorang pendeta, keadaan krisis bisa saja menghampiri. Namun dalam sitiap kondisi krisis yang sedang dihadapi, setiap orang diajak untuk tetap fokus pada Tuhan serta melihat krisis itu sebagai susuatu yang membawa turut serta kesempatan untuk mengubah hidup lebih baik lagi.

Masuk dalam prosesi tahbisan, prosesi diawali dengan pembacaan pengantar oleh Pdt. Natael Hermawan Prianto yang mendapat bagian dalam pelayanan tahbisan, kemudian dilanjutkan dengan pernyataan janji yang diikrarkan para calon pendeta yang akan ditahbis. Puncak prosesi tahbisan ini adalah doa berkat yang disampaikan oleh para pendeta anggota Pelayan Harian Majelis Agung (PHMA) untuk ketigabelas pendeta baru tersebut. Bagian akhirnya adalah pemasangan stola pendeta dan penandatanganan piagam pendeta bagi para pendeta baru itu.

Terdapat 13 orang vikar yang ditahbiskan dalam Sidang ke-122 Majelis Agung GKJW tahun 2024 ini, berikut daftar namanya:

  1. Galluh Candra Dhewi Martoseno yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Gunung Ireng (MD Malang II),
  2. Rinto Agung Laksono yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Gedangan (MD Kediri Utara I),
  3. Felony Prista Oktamala yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Kediri (MD Kediri Utara I),
  4. Yodi Agung Wiranata yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Wonorejo (MD Besuki Timur),
  5. Hizkia Yuda Pradana yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Gresik (MD Surabaya Timur II),
  6. Yhusep Adi Prasetyo yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Kedungkandang (MD Malang I),
  7. Christalina Devita Sari yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Purwoharjo (MD Kediri Utara I),
  8. Abimanyu Puspito Wardoyo yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Pronojiwo (MD Malang IV),
  9. Mety Elizabeth Agustin yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Mojokerto (MD Mojokerto Surabaya Barat),
  10. Hanania Agustina Dyah Sulistyoningtyas yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Sengkaling (MD Malang III Barat),
  11. Yoyada Nandhi Wardana yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Karangpilang (MD Surabaya Timur II),
  12. Priskila Ditya Mediawati yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Wiyung (MD Surabaya Timur II),
  13. Gabriel Satya Christia yang menjalani masa vikariat terakhir di Jemaat Sambirejo (MD Kediri Utara II).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama