dp Cycles, Rekomendasi Bengkel Sepeda di Ponorogo

 dp Cycles, Rekomendasi Bengkel Sepeda di Ponorogo







Sebuah garasi mobil 3x4 meter persegi di Jalan Veteran No 3, Ponorogo disulap Yulius Dwi Prasetyo menjadi bengkel sepeda sederhana. Di dinding barat berjajar rapi alat-alat kunci baut, tang, obeng yang tersusun sesuai nomor ukurannya. Di bawahnya ada pemompa angin ban sepeda. Di belakangnya berdiri etalase yang memajang berbagai macam sparepart sepeda dari beberapa merek.

 

Di tengah garasi sengaja dikosongkan untuk Yulius bekerja bergelut dengan sepeda-sepeda pelanggannya. Seperti siang itu Rabu 22/2/2023, tampak Yulius sedang melayani pelanggannya yang ingin sepeda barunya disetel olehnya. Dengan detail ia menjelaskan masalah yang terjadi di sepeda baru pelanggannya itu.

 

Itulah workshop tempat Yulius bekerja. Warga GKJW Ponorogo ini sudah melayani pelanggan-pelanggannya sejak 2019. Yulius membuka workshop atau bengkel sepeda ini tidak secara tiba-tiba. Ada perjalanan panjang sehingga bapak satu anak ini berani membuka workshopnya di jalan Veteran No 3 sebelah utara kodim Ponorogo itu.

 

Awalnya Yulius ini menggeluti dunia sepeda karena hobby. Tiga tahun setelah lulus dari Teknik Gambar Bangunan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Jenangan (STMJ) Ponorogo tahun 2010, ia bekerja ikut orang lain yaitu sebagai mekanik di Toko Indha, Jl Sudirman Ponorogo.

 

Di toko sepeda inilah dia belajar banyak tentang seluk beluk sepeda. Sebagai mekanik sepeda Yulius menggunakan speksifikasi terbaru tetapi tidak meninggalkan teknologi lama.

 

“Kurang lebih dasar teknologinya sama antara yang lama dan terbaru,” jelas Yulius. Hal yang dasarnya sama itu seperti cara perbaikannya, pengoperasionalnya. Sementara yang berbeda ada pada alat sparepart, semakin hari semakin canggih alatnya yang sangat mempengaruhi tingkat kenyamanannya.

 

Di Toko Indha ini Yulius sempat diserahi sebagai kepala toko selama setahun, selain menjadi mekanik. Sebagai kepala toko banyak ilmu yang dia pelajari tentang laporan keuangan, penerimaan dan pengiriman barang, penjualan barang, stok barang atau pergudangan.

 

Suatu hari tahun 2016, ada seorang pelanggan laki-laki dari Bandung singgah di Toko Indha, mengajak Yulius bicara santai.

 

“Rencana sampai kapan kamu akan bekerja ikut orang terus?,” tanya laki-laki itu. Spontan Yulius menjawab,”lima tahun, karena kalau lebih dari itu usia semakin tua. Dan kalau terlanjur ikut terus sama usaha orang, akan terjebak dalam zona nyaman.”

 

Percakapan itu membuat Yulius merenung.

 

Tahun 2017, Yulius mempunyai ide suatu saat nanti harus membuka toko sepeda sendiri. Mimpinya itu dia wujudkan dalam tindakan.  “Saya mulai mencicil alat-alat reparasi bengkel pelan-pelan,” ujarnya.

 

Sementara itu kegiatan sebagai mekanik di Toko Indha masih dijalani olehYulius. Namun keadaan toko semakin lama menurun karena manajemen yang kurang baik. Yulius ditawari untuk pindah ke Madiun untuk mengelola toko sepeda baru.

 

“Saya tidak mau meninggalkan Ponorogo, dan kalaupun dijalani biaya transportasi dan biaya hidup akan lebih besar. Akhirnya saya tolak penawaran itu,” kata Yulius.

 

Awal tahun 2018 Yulius mulai membuka servis sepeda door to door (dari pintu ke pintu). Pelayanan ini dilakukan sekitar 2-3 bulan saja. Kemudian dia bertemu dengan temannya yang mempunyai garasi mobil yang tidak digunakan.

 

bernegolah Yulius untuk mendapatkan tempat itu untuk harga sewanya. Tetapi temannya menyarankan agar langsung ke rumah untuk menemui orang tuanya yang tinggal di sana. Setelah menemui orang tua temannya itu, ternyata Yulius malah disuruh menempati garasi itu tanpa menyewanya, hanya membayar biaya listrik saja, karena si empunya rumah bekerja dari pagi hingga sore sehingga rumah itu kosong di jam kerja.

 

Akhirnya dengan berbekal peralatan yang sudah dibelinya sebelumnya, jaringan teman-teman club sepeda MTB Adventure, dan penghobby sepeda, Yulius mantap membuka workshop sendiri di Jl Veteran itu. Dia melayani perbaikan sepeda yang mengalami kerusakan onderdilnya, perakitan, menyetel operan gigi, rem, ban, baik untuk sepeda model lama maupun yang terbaru.

 

Suku cadang sepeda juga Yulius sediakan. Bila tidak ada di tokonya, dia bisa mengusahakan sparepart itu agar sepeda yang diperbaiki bisa beroperasi dengan baik. Sparepart di tokonya bervariasi. Ban luar segala mereka dan ukuran untuk sepeda biasa berkisar antara Rp 50 ribu – Rp 100 ribu. Sementara ban luar untuk sepeda penghobby sedikit mahal karena material yang digunakan dan tingkat kenyamanannya berbeda yaitu berkisar Rp 300 ribu – Rp 400 ribu.

 

Geer sepeda rata-rata multi geer. Untuk sepeda model lama, minimal ada 7 geer dengan perpaduan 3 x 7 speed. Sementara model sepeda terbaru rata-rata 1x12 speed. Semakin banyak tingkatan geer maka harga alatnya semakin mahal.

 

Kemudian ada alat tuas pengganti gigi atau shifter di stir kanan dan kiri sepeda. Shifter biasa harganya mulai Rp 100 ribu, sementara untuk yang bagus harganya mulai Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta per tuasnya, misalnya untuk sepeda balap.

 

Ada lagi alat pemindah rantai, di roda bagian depan dan belakang. Bagian belakang yang biasa disebut Rear derailleur (RD) harganya sekitar Rp 60 ribuan hingga Rp 1,5 juta. Sementara yang bagian depan biasa disebut front derailleur (FD) harganya sekitar Rp 50 ribuan hingga Rp 500 ribu.

 

Selain itu, dia juga menyediakan jasa titip jual sepeda tetapi hanya untuk model yang terbaru. “Model sepedanya disesuaikan dengan minat pasar, jadi model terbaru yang laku sekarang,” ujarnya. 

 

Usaha workshop atau bengkel sepeda ini dibutuhkan orang terus. Dia berharap agar usahanya terus berlanjut tidak pernah putus sesuai dengan logo dp Cycles yang mempunyai makna infinity, tak terhingga.

 

Bila Anda ingin memperbaiki sepeda atau berkonsultasi dunia sepeda, bisa menghubungi Yulius Dwi Prasetyo di nomor WA 0898-3446-343

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama