KETELATENAN BU NARJO DARI TELUR ASIN HINGGA NASI BUNGKUS
Satu rak telur asin dibawa ke ruang tamu oleh Bu Tri Jatiningsih atau biasa disapa Bu Narjo. Telur asin itu masih panas karena baru saja diangkat dari air rebusan. Suaminya, Pak Sunarjo yang duduk di ruang tamu, mengambil pisau dan membelah salah satu telur asin yang sudah hangat-hangat kuku menjadi dua bagian.
“Kalau memilih telur asin itu yang warnanya tajam, itu yang enak,” kata Pak Narjo memberi tips kepada tim Ruang Usaha GKJW Ponorogo, Kamis, 30/3/2023. Tekstur telur asinnya lembut, asinnya tidak terlalu asin, pas untuk disantap santai sambil minum kopi atau teh.
Telur asin ini adalah usaha keluarga Pak Sunarjo dan istrinya, sejak tahun 1992. Mereka memberi label telur asing “ADHI”. Berkat keuletan dan ketelatenan merekalah usaha telur asin ini masih berjalan hingga sekarang. Mereka berdua mencari telur sendiri dari penjual telur bebek yang dipasok dari Magetan.
Proses pembuatan telur asin yang baik menghabiskan waktu kurang lebih 7-10 hari agar rasa asin terserap ke dalam telur. Setelah itu telur dibersihkan dan direbus sampai matang dan siap disajikan atau diedarkan untuk dijual.
Untuk penjualan Bu Narjo dulu biasa menitipkan ke warung-warung kopi dan warung pecel. “Dulu seminggu bisa laku 1000-1500 butir telur asin. Setiap warung biasa nitip sekitar 10-30 butir. Bervariasi tergantung permintaan atau keramaian warung itu,” kata Bu Narjo.
Selain itu banyak pula pembeli yang langsung datang ke rumahkan di Perumahan Singosaren Ponorogo. Pembeli ini ada yang konsumen langsung atau reseller. Harganya pun berbeda tiap pembeli langsung dan reseller. Untuk pembeli langsung saat ini sebutir telur asin Bu Narjo dijual Rp 3.400,-.
Kini penjualan telur asin lebih banyak dititipkan ke lapak-lapan kue pasar di pinggir jalan yang menjamur di kota Ponorogo. Ada sekitar 15 lapak kue pasar tempat telur asin itu dititipkan. Dalam seminggu penjualan telur asin habis sekitar 300-400 butir. “Sekarang banyak saingan,” kata Bu Narjo.
Ternyata ketika menitipkan telur-telur asin itu, Bu Narjo melihat peluang baru. Sejak setahun lalu ia kemudian menitipkan juga sayur matang dan nasi bungkus dengan menu bergantian. Setiap lapak sekitar 3-4 nasi bungkus ia titipkan dengan label “Bu Narjo” di setiap nasi bungkus buatannya.
Ada beberapa menu nasi bungkus yang dia buat, antara lain nasi uduk, nasi tongkol dan terong penyet, nasi gudeg, nasi dendeng ragi ayam, nasi rica ayam, nasi ayam asam manis dan nasi tongkol kecap pedas. Menu terakhir yang menjadi favorit pelanggannya. Per bungkusnya ia jual Rp 5.000,-.
“Puji Tuhan, nasi bungkus selalu habis. Sekarang focus ke nasi bungkus saja, kalau sayur matang sudah tidak lagi,” ujar Bu Narjo yang tiap pukul 5 pagi sudah mengantarkan makanan ke lapak-lapak.
Tentu ada suka dan duka Bu Narjo menjalani usaha telur asin dan nasi bungkus ini. Kendalanya ketika hujan turun, sempat nasi bungkus yang dia bawa ada yang basah bungkusnya. Sementara sukanya bu Narjo semakin banyak jaringan teman untuk memperluas penjualan usahanya.
Pak Sunarjo yang mendukung penuh usaha istrinya ini memberi tips sehingga usaha telur asin dan nasi bungkus ini bisa bertahan hingga sekarang. Menurutnya ada 3 hal yaitu factor kepepet, keuletan dan konsisten, serta kepercayaan yang terbangun.
Bila Anda ingin membeli telur asin untuk dinikmati sendiri atau dijual kembali, atau ingin memesan nasi bungkus Bu Narjo, bisa memesan di nomor WA 0895-1890-4426.
إرسال تعليق